Macam – macam model pengembangan kurikulum:

Macam Macam Model Pengembangan Kurikulum

a. The administrative model
The administrative model atau line staff adalah pengembangan kurikulum yang pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan atau kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Dengan wewenang administrator pendidikan yakni dirjen, direktur, dan kepala kantor wilayah pendidikan serta kebudayaan kemudian membentuk suatu tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya menyususn kurikulum secara operasional berkaitan dengan memilih dan menyususn sekuens bahan pengajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru.

b. The grass roots model
Model pengembangan grass roots ini merupakan lawan dari model adminitratif. Inisiatif dan pengembangan kurikulum model yang pertama, yang digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.model grass roots memungkinkan terjadinya kopetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. 

c. Beauchamp’s system
Model pengembangan kurikulum beauchamp’s system, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum, dan beliau mengemumakan lima hal dalam pengembangan kurikulum:
1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah.
Yakni yang dicakup oleh kurikulum, baik dari tingkat sekolah; kecamatan; kabupaten; propinsi; ataupun seluruh negara.
2. Menetapkan personalia.
Yakni orang – orang yang mengambil andil dalam penegembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli pendidikan/ kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum, para ahli pendidikan perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru, para profesional dalam sistem pendidikan, dan tokoh masyarakat. 
3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.
Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan, memilih isi pengalaman belajar, serta kegiaatan evaluasi, dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
4. Implementasi kurikulum. (melaksanakan kerikulum)
5. Evaluasi kurikulum.
Mencakup evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, desain kurikulum, hasil belajar siswa, dan dari keseluruhan sistem kurikulum.

d. The demonstration model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau keidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama; sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Kedua; dari bebrapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah : 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah; 2) perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahn kurikulum yang sangat luas dan kompleks; 
3) hakikat model demonstrasi cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan; 4) model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru. 

e. Roger’s interpersonal relations model.
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing) yang mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri. Guru bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak. 
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers. 
a) Pemilihan target dari sistem pendidikan 
b) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok intensif.
c) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pengajaran.
d) Partisispasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
model ini berbeda dengan model-model lainnya yakni tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, tetapi yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok.

f. Model Hilda Taba 
Hilda Taba mengikuti cara pengembangan kurikulum yang berlaku secara umum yang mengikut langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pendidikan
2. Menseleksi pengalaman belajar
3. Organisasi bahan kurikulum dan legiatan belajar
4. Evaluasi hasil kurikulum
Untuk mengadakan pembaharuan kurikulum Hilda Taba menganjurkan cara berlainan dengan yang lazim dilakukan dalam pengembangan kurikulum pada umumnya. Ia justru memulai satuan pelajaran untuk meningkat kepada kurikulum yang lengkap, setelah cukup jumlah satuan pelajaran yang diujicobakan.

Model Perkembangan Kurikulum di Indonesia 
a) Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada siswa dengan ciri khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya.
Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja.
Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif)
Organisasi kurikulumnya bervariasi
Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan.
Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.

b) Kurikulum tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada tahun 1968 resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
c) Kurikulum tahun 1975
Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajran harus memperhatikan lingkungan yang ada disekitar dimana tempat pembelajaran dilaksanakan. Kurikulum 1975 mulai mengenal PPSI(Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) 
d) Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
e) Kurikulum tahun 1994
Ada pengembangan kurikulum pada tahun 1994 yakni:
1. Adanya penerapan muatan lokal 
2. Konsep link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara penddikan dengan dunia kerja.
3. Peningkatan wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
f) Kurikulum tahun 1999
Karena adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut kurikulum suplemen yaitu adanya pelajaran yang bisa tetap diajarkan dan ada yang tidak yakni pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
g) Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)
Ciri khusus KBK yakni:
1. Lebih memgutamakan kemampuan
2. Menekankan bantuan alat
3. Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masing-masing siswa.
4. Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
h) Kurikulum tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan proporsional.

Kesimpulan
Berbagai jenis kurikulum dari baik dari Separated Curriculum, Correlated Curriculum, Broad Fields Curriculum, Integrated Curriculum semua itu bertujuan untuk mencapai sistem belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi pendidik dan peserta didik. 
Model pengembangan kurikulum merupakan alternatif guna untuk mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Banyak macam model pengembangan kurikulum yakni: The administrative model, The grass roots model, Beauchamp’s system, The demonstration model, Roger’s interpersonal relations model, Model Hilda Taba.
Pengembangan kurikulum di Indonesia dari tahun 1964 sampai dengan tahun 2006/2007 yakni dari kurikulum sistem guru mengajarkan muridnya dengan sistem satu arah (guru aktif dan murid pasif), mulai pengenalan sistem semesteran bagi SMP dan SMA dan cawu bagi tingkat dasar (SD), adanya sistem wajib belajar 9 tahun, kemudian adanya sistem kurikulum berbasis kopetisi (KBK), sampai pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi, 2011, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Ar-Ruzz Media: Jogjakarta
M. Saekan Muchith, 2011, PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI, NORA MEDIA ENTERPRISE: Kudus,
Nana Syaodih Sukmadinata, 2000, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT REMAJA ROSDAKARYA : Bandung,
S. Nasution, 1993, PENGEMBANGAN KURIKULUM, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung
Sukiman Danang. 2006. Telaah Kurikulum. Pustaka : Jakarta, 
Haris Kurniawan, 2012, Model Pengembangan Kurikulum, Retrieved 21 

Komentar

Postingan Populer