Pendidikan Berbasis Soft Skill
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
HALAMAN PENILAIAN
MUNAQASYAH........................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
ABSTRAK................................................................................................................
SINGKATAN...........................................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 1
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 8
E. Definisi Operasional................................................................................. 8
F. Tinjauan Kepustakaan..............................................................................
G. Sistematika Penulisan ..............................................................................
H. Metode Penulisan.....................................................................................
BAB II KAJIAN TEORITIS SOFT SKILL
A.
Makna Soft Skill dan Budaya Sekolah...................................................
B.
Urgensi-urgensi Soft Skill dalam Pendidikan Islam...............................
C.
Asas-asas Budaya Sekolah Islami...........................................................
D.
Metode Pembiasaan dalam Pendidikan Islam........................................
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Objek Penelitian.................................................................................. ....
B. Budaya guru dalam
Menciptakan Budaya Soft Skill..............................
C. Aplikasi guru dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa..........................
D. Bentuk kendala yang
Dihadapi Guru Dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran-saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................
BIOGRAFI PENULIS..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Soft Skill adalah bagian keterampilan
dari seseorang yang lebih bersifat kepada “kehalusan”
atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Soft
skill mengarah kepada keterampilan psikologis, dampak yang diakibatkan lebih
tidak kasat mata, namun tetap bisa dirasakan. Ada beberapa komponen yang
termasuk kedalam bagian soft skill. Kecerdasan emosional dan spiritual termasuk
bagian dari soft skill.
Dalam rangka
pembina kecerdasan emosional terhadap sikap empati dan sikap kejujuran untuk
menjadi potensi positif, maka perlu ada upaya atau langkah-langkah yang
dilaksanakan sehingga mampu melahirkan sebuah kecerdasan emosional diri
seseorang. Menurut wacana Al-Qur’an hal ini lebih dikenal dengan konsep akhlaq
al-karimah.[1]
Keberadaan
institusi formal seperti sekolah lebih cenderung sebagai media yang paling
kondusif untuk mengasah keahlian soft skill seseorang. Hal ini dikarenakan soft
skill dipelajari melalui interaksi dengan orang lain dan bagaimana seseorang
menghadapi permasalahan dalam kehidupannya.
Para ahli
menjelaskan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh
tingginya intelegensi question (IQ). Sebaliknya justru faktor emosional
question lebih memegang peran lebih besar dengan perbandingan EQ dan IQ sebesar
80:20.[2]
Soft skill lebih berada pada ranah afektif
(olah rasa). Soft skill dipelajari dalam kehidupan sosial melalui interaksi
sosial. Soft skill
dipelajari melalui pengamatan
atas perilaku orang lain dan juga atas refleksi tindakan sebelumnya. Dengan
kata lain, soft skill bisa dipelajari melalui proses
pengasahan soft skill baik dari melihat maupun dari melakukan sesuatu.
Jika dikaitkan dengan hasil
penelitian diberbagai perusahaan besar tentang keberhasilan seorang profesional
sangat ditentukan oleh penguasaan soft skill ketimbang hard skill. Menurut buku Lesson From The Top karya Neff dan Citrin (1999) yang memuat
sharing dan wawancara 50 orang tersukses di Amerika: mereka sepakat bahwa yang
paling menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis melainkan kualitas
diri yang termasuk dalam keterampilan lunak (soft skill) atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills). [3]
Riset
tersebut diperkuat lagi oleh hasil survey Tempo tentang karakter yang harus
dimiliki oleh orang yang berhasil mencapai puncak karir, yaitu: [1] mau bekerja
keras, [2] kepercayaan diri tinggi, [3] mempunyai visi ke depan, [4] bisa
bekerja dalam tim, [5] memiliki kepercayaan matang, [6] mampu berpikir
analitis, [7] mudah beradaptasi, [8] mampu bekerja dalam tekanan, [9] cakap
berbahasa Inggris, dan [10] mampu mengorganisir pekerjaan. Kalau hasil
riset ini dijadikan sebagai
acuan
untuk melihat kondisi pendidikan, terutama guru, maka bisa disimpulkan bahwa pengembangan guru masih berkutat pada hard skills. Kurangnya
perhatian terhadap soft skills guru
berakibat pada kualitas peserta didik kita yang belum maksimal.[4]
Moralitas pendidikan yang baik dapat tampak dari kehidupan
dan proses yang terjadi di dalamnya. Tentu saja pendidikan yang menjunjung
tinggi nilai-nilai humanisme, perdamaian, persatuan, nasionalisme, dan
nilai-nilai moral positif lainnya. Melalui pembangunan moralitas pendidikan
nantinya akan terwujud dunia pendidikan yang unggul dan bermutu, tidak hanya
secara akademis namun juga bermoral.
Pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran baik dalam keluarga, lembaga dan masyarakat tidak
akan terlepas dari bagaimana cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan atau bagaimana cara mengajar agar bisa berjalan dengan baik
berdasarkan metode yang akan digunakan. Metode pendidikan adalah suatu tindakan
atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan
tertentu.
Pendidikan
adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam upaya membimbing,
mengayomi dan mendidik anak agar menjadi generasi penerus agama, bangsa dan
negara. Anak perlu dididik dan diberi pengetahuan yang baik agar dia mampu
menjadi seorang yang memiliki intelektualitas, kecerdasan, moralitas, dan
profesionalitas.[5]
Pendidikan sejatinya merupakan proses pembentukan moral
masyarakat yang beradab, masyarakat yang tampil dengan penuh rasa kemanusiaan.
Dengan kata lain, pendidikan adalah moralisasi masyarakat, terutama peserta
didik. Menurut Prof. Schoorl (1982) berpendapat bahwa praktik-praktik
pendidikan merupakan wahana terbaik dalam menyiapkan sumber daya manusia dengan
derajat moralitas tinggi.[6]
Pada kenyataannya
saat ini justru seringkali terjadi praktik penyimpangan moral: seperti
kekerasan oleh guru, korupsi dana pendidikan, jual beli ijazah palsu, tawuran
antar pelajar dan sebagainya. Seharusnya pendidikan mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang tidak hanya terampil dan cerdas, namun juga bermoral. Akibat
yang bisa dirasakan dari sumber daya manusia yang bermoral adalah perilaku
sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, serta membantu orang
lain. Dikarenakan pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap
orang tidak sama.
Berdasarkan data
Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), tahun 2011 peringkat pertama dalam
sepuluh besar kelulusan. Nilai UN murni terbaik tingkat SMA/ sederajat diraih
oleh salah satu sekolah di kota Banda Aceh dengan nilai rata-ratanya adalah
9.53.[7]
Seperti halnya sebuah
sekolah swasta yang berdiri pasca bencana tsunami dan didukung oleh lembaga
pemerintah Turki, meluluskan 100 persen siswanya yang ikut UN yaitu sebanyak 67
orang.[8] Soft skill adalah
harus dimiliki karena berpengaruh pada keberhasilan siswa. Siswa yang mempuyai
soft skill maka kelulusannya akan baik.
Perekrutan siswa
dari dua sekolah diatas berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kota Banda Aceh, Nomor: 422.1/ A.3/ 4232.a/ 2012 adalah dengan
seleksi. Caranya dengan menyerahkan
berkas pendaftaran untuk dilakukan verifikasi oleh panitia pendaftaran,
selanjutnya panitia melakukan proses entri data pendaftaran, pilihan sekolah
calon peserta didik melalui komputer secara online.[9]
Hipotesa dari penulis mayoritas soft skill yang dimiliki oleh
siswa SMA Swasta adalah lemah hal ini karena permasalahan penerimaan siswa di
SMA Cut Meutia dengan cara pendaftaran langsung ke sekolah bukan dengan jalur
online, kemudian siswa pindahan dari prestasi belajar lebih rendah dari sekolah
lain baik dari dalam kota maupun luar kota. Kemudian dari observasi awal, dari
input siswa bahwa soft skill yang dimiliki rendah karena SMA Cut Meutia adalah
sekolah pilihan kesekian dari sekolah lain yang ada di Banda Aceh.
Dari uraian
sebelumnya soft skill sangat mempengaruhi hard skill siswa. Oleh karena soft
skill sangat penting, pihak sekolah harus memiliki upaya yang rapi untuk
membentuk soft skill siswa. Lebih-lebih di sekolah yang soft skill rendah
seperti di SMA Cut Meutia Banda Aceh, pembahasan lebih akan penulis paparkan
pada bab selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, bahwa yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah tentang Pendidikan
Berbasis Soft Skill Pada SMA Swasta di Banda Aceh. Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
guru menciptakan budaya sekolah yang mampu meningkatkan soft skill siswa ?
2. Bagaimana
metode pembiasaan yang dilakukan guru di sekolah supaya soft skill siswa meningkat
?
3. Kendala
apa saja yang dihadapi ketika guru menciptakan budaya dalam metode pembiasaan ?
C.
Tujuan
Penelitian
Pada
sub ini penulis ingin menuliskan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui bagaimana guru menciptakan budaya sekolah yang mampu meningkatkan
soft skill.
2. Untuk
mengetahui pembiasaan yang dilakukan guru supaya soft skill anak dapat meningkat.
3. Untuk
mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dalam menciptakan budaya sekolah
untuk meningkatkan kemampuan soft skil anak.
D.
Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
menjadi bahan masukan bagi guru dan juga pihak sekolah agar terus meningkatkan
pengetahuan dalam proses soft skill pendidikan di sekolah.
2. Untuk
mengetahui dampak soft skill pendidikan di sekolah
3. Untuk
menjadi bahan masukan bagi guru dan berbagai pihak agar terus meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam soft skill pendidikan
4. Menjadi
masukan bagi dinas terkait untuk membuat kebijakan.
5. Pihak
yang berkepentingan dalam rangka memperkaya pembahasan yang telah dilakukan dibidang
pendidikan dan diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi praktisi pendidikan
dalam upaya pembentukan soft skill
E. Definisi Operasional
Untuk
mempertegas dan memperjelas maksud penulisan penelitian sehingga terhindar dari
terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan bagi pembaca, maka penulis merasa
perlu memberikan penjelasan istilah-istilah yang terangkai dalam judul tesis
ini adalah:
Pendidikan
adalah suatu usaha yang dijalankan oleh seseorang kepada orang lain, atau usaha
yang dijalankan oleh generasi yang sudah matang kepada generasi yang sedang
bertumbuh kembang, dimana usaha itu memiliki tujuan.[10]
Dalam bahasa Arab, pendidikan sering diistilahkan dengan al-ta’lim,
at-tarbiyyah dan al-ta’dib.[11]
Pada ketiga istilah ini memiliki makna khusus dan tersendiri pada konsep
pendidikan. At-ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian dan keterampilan. Al-ta’lim
lebih sempit maknanya yaitu proses pentransferan sejumlah nilai antar manusia.
Kata tarbiyyah itu masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik dan
memelihara. Al-ta’dib merupakan masdar dari addaba yang berarti proses mendidik,
lebih kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak subjek didik.
Berthal
mendifinisakan bahwa soft skills, yaitu perilaku personal dan
interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia seperti
membangun tim, pembuatan keputusan, inisiatif, dan komunikasi. Soft skills
tidak termasuk keterampilan teknis seperti keterampilan merakit komputer.
Dengan kata lain, soft skills mencakup pengertian keterampilan non-teknis,
keterampilan yang dapat melengkapi kemampuan akademik, dan kemampuan yang harus
dimiliki oleh setiap orang, apa pun profesi yang ditekuni. Profesi seperti
guru, polisi, dokter, akuntan, petani, pedagang, perawat, arsitek, dan nelayan
harus mempunyai soft skills.[12]
Soft skill pada dasarnya merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan
orang lain (interpersonal skill) dan keterampilan dalam
mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara
maksimal.
Berbasis berasal dari kata basis artinya dasar,
pokok.[13]
Kemudian ditambahkan awal ber. Penulis lebih mengartikan basis artinya berdasarkan.
Secara terminologi, pendidikan berarti proses
perbaikan, penyempurnaan dan penguatan terhadap semua potensi yang ada pada
diri manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang hidup
dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang kebudayaannya yang sederhana sekalipun
proses pendidikan sudah ada dan berkembang, sering dikatakan bahwa pendidikan
itu telah muncul sejak adanya peradaban manusia.
Swasta adalah berdiri sendiri tanpa bantuan
pemerintah.[14] Banda
Aceh adalah nama sebuah kota yang berada di Provinsi Aceh. Banda Aceh merupakan
Ibu kota provinsi Aceh.
F.
Tinjauan
Perpustakaan
Dalam
mengkaji permasalahan ini digunakan beberapa referensi yang dianggap layak
untuk dijadikan bahan rujukan. Berikut ini akan dipaparkan sejumlah karya yang
mendiskusikan tentang soft skill antara lain: Tulisan Mariani, Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kinerja Guru pada MIN I Banda Aceh, dari penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa kepala MIN I Banda Aceh belum mampu berperan sebagai edukator,
manajerial, supervisi, inovasi, maupun motivasi dalam meningkatkan kinerja
guru. Hal ini dapat dilihat dari kinerja yang dimiliki oleh guru-guru MIN I
Banda Aceh tersebut.[15]
Tulisan
Siti Muti, Pendidikan Nilai dalam
Pembinaan Kecerdasan Emosional ,hasil penelitian menunjukan bahwa dengan
dilakukan ‘adzan/ iqamah, cukur rambut kepala, memberi nama yang baik, aqiqah,
pelaksanaan ibadah seperti shalat, paksakan anak secara psikologis bagi anak
yang tidak mau beribadah, mengontrol lingkungan bermain anak, cerita-cerita
islami/ sirah nabawiyah, kebiasaan transfer
of value dan tradisi yang baik dalam keluarga, sekolah/ masyarakat,
pendidikan bernuansa islami, pelaksanaan shalat berjamaah, ibadah puasa,
pengeluaran zakat, dengan perayaan hari besar keislaman dalam masyarakat dapat
memunculkan akhlakul karimah dan kecerdasan emosional yang tinggi terhadap
anak-anak.[16]
Tulisan
Soedirman Z, Kompetensi Guru Pendidikan
Jasmani, ada dua standar kompetensi kelayakan untuk seorang guru jasmani
adalah ijazah dan akta untuk mengajar. Untuk itu diperlukan institusi yang
mengeluarkan dan mengesahkan.guru pendidikan jasmani yang professional memiliki
kompetensi utama, yaitu mampu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran, mengevaluasi, menggunakan hasil evaluasi untuk remidi dan
menggunakan hasil penelitian pembelajaran untuk kepentingan pengembangan
pembelajaran pendidikan jasamani.[17]
Tulisan
Bakhtiar, Personaliti Guru dan
Pengaruhnya Terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN Model Banda Aceh, hasil
penelitian menjelaskan bahwa personaliti guru yang baik sangat mempengaruhi
akhlak siswa, antara lain tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas,
penampilan yang sesuai dengan syariat Islam, tutur kata yang sopan santun,
disiplin, serta hubungan baik dengan semua komponen. Prilaku siswa MAN Model
Banda Aceh sudah maksimal khususnya dalam membentuk mental pribadi yang
berakhlakul karimah. Tingkat personaliti guru berpengaruh terhadap dekadasi
moral peserta didik, kedisiplinan guru yang masih rendah membawa pengaruh yang
negatif dalam mengikuti aturan dan menjauhi pelanggaran serta sikap tegas
terhadap siswa yang melakukan pelanggaran.[18]
Metode pendidikan adalah pemberian hukuman sebagai suatu prinsip pendidikan
yang terdapat di dalam pendidikan Islam untuk membedakan orang yang berbuat
baik dan orang yang berbuat buruk.[19]
Selanjutnya
tulisan Dahrina M, Peran Orang Tua Dalam
Pembinaan Moral Anak di Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, Pemahaman
orang tua tentang makna moral merupakan suatu yang sangat penting yang sangat
wajib diterapkan kepada anak-anak mereka. Sementara pembinaan moral yang telah
dilakukan oleh orang tua selama ini, seperti dengan memberi nasehat dan juga
memberi keteladanan, disamping juga menerapkan metode reward dan punishment,
artinya kalau anak melaksanakan dan mematuhi nasehatnya maka anak akan diberi
hadiah, jika tidak, maka akan diberi hukuman, dengan hukuman yang beragam,
sesuai dengan tingkat kesalahan.[20]
Sementara
upaya memperbaiki moral melalui penelitian seperti apa yang telah diteliti oleh
M. Nasir Budiman dalam Distertasinya yang berjudul: Pendidikan Moral Qur’ani: Strategi Belajar Mengajar pada MAN se Daerah
Istimewa Aceh, dimana di dalam distertasinya M. Nasir Budiman lebih
menfokuskan pembahasannya pada konsep pendidikan moral yang ditawarkan oleh
Al-Qur’an, dan bagaimana menginternalisasikan nilai-nilai moral tersebut dalam
setiap bidang studi.[21]
G.
Sistematika
Pembahasan
Bahasan-bahasan
dalam penelitian ini akan dituangkan dalam 4 bab yang saling terkait antara
satu dengan lainnya secara logis dan sistematis. Bab satu merupakan bagian pendahuluan sebagai pengantar umum
tulisan yang terdiri dari latar belakang masalah yaitu: untuk memberikan
penjelasan secara akademik, rumusan masalah dimaksudkan untuk mempertegas pokok-pokok
permasalahan yang akan diteliti agar lebih terarah. Sedangkan kajian pustaka
untuk memberikan penjelasan dimana posisi penulis dalam penelitian ini.
Bab
kedua diuraikan tentang kajian teoritis soft skill menyangkut makna soft skill
dan budaya sekolah, urgensi-urgensi soft skiil dalam pendidikan islam, asas-asa
budaya sekolah islami, dan metode pembiasaan dalam pendidikan islam.
Bab
ketiga berisikan hasil penelitian seperti objek penelitian, budaya guru dalam menciptakan budaya soft skill, selanjutnya
aplikasi guru dalam membangkitkan soft
skill siswa, dan bentuk kendala yang dihadapi guru dalam membangkitkan soft
skill siswa.
Bab keempat adalah bab penutup, yang meliputi
kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dianggap perlu.
H.
Metode
Penelitian
Dalam penulisan tesis ini, terlebih
dahulu peneliti menetapkan metode yang akan peneliti pergunakan di dalam
penelitian ini, agar lebih terarah sehingga memungkinkan dapat tercapainya
sasaran yang akan peneliti dapat. Hal ini diharapkan untuk memperoleh data yang
dipergunakan untuk penulisan tesis ini. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif.
Kajian kualitatif digunakan pada
penelitian masalah kemasyarakatan secara mendalam dengan maksud memahami sifat
dan maknanya bagi perseorangan yang terlibat di dalamnya. Kajian ini juga
dikembangkan untuk menampilkan berbagai pandangan manusia yang berbeda dalam
bidang-bidang ilmu sosial.[22]
Kualitatif pada hakikatnya adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka dan sekitarnya.[23]
Dalam penelitian ini peneliti memusatkan penelitian dan perhatian untuk
memahami prilaku, sikap pendapat siswa berdasarkan pandangan subjek yang
diteliti.
Metode deskriptif yang peneliti
pergunakan dengan meneliti secara menyeluruh terhadap gejala yang terjadi di
lokasi penelitian sesuai dengan fokus permasalahan. Sebagaimana dijelaskan
Sudjana bahwa, “penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang
dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang timbul dilapangan
untuk kemudian digambarkan sebagaimana mestinya”.[24]
Selanjutnya pengumpulan data dilakukan
melalui library reseach yaitu
penelitian ini penulis maksudkan sebagai jalan untuk memperoleh bahan bacaan
yang berhubungan dengan pembahasan tesis melalui kajian dari buku-buku majalah
dan literatur lainnya serta membuat perbandingan dengan data yang diperoleh. Pendekatan
yang penulis lakukan dengan cara studi lapangan yaitu melakukan penelitian guna
mendapatkan data-data primer yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan serta
akan dikumpulkan melalui angket.[25]
Pengumpulan data melalui lapangan adalah dengan cara mendatangi daerah
penelitian.
Daerah penelitian, sasaran penelitian
ini dilakukan di SMA swasta yang ada di Banda Aceh. Populasi penelitian ini
adalah seluruh SMA Swasta se Kota Banda Aceh, yang memiliki 18 sekolah swasta, melihat
dari pertimbangan populasi terlalu besar, disamping kemampuan peneliti dilihat
dari segi waktu, tenaga dan dana, maka ditetapkan yang menjadi daerah
penelitian adalah SMA Cut Meutia Kota Banda Aceh yang terletak di jalan Tengku
Chik Ditiro sebagai sampel penelitian. Pengambilan daerah penelitian ini
dikarenakan penulis menggunakan purposif sampling
pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.[26]
Sampel purposif adalah suatu teknik
penetapan sampel yang dilakukan dengan cara memilih sampel diantara populasi
agar sampel itu mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui
sebelumnya. Teknik ini dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang ciri-ciri
tertentu yang telah diperoleh dari populasi sebelumnya.[27]
Pengambilan populasi dalam penelitian
ini dilakukan dengan memperhatikan pendapat Surachmad menyatakan bahwa “populasi
adalah keseluruhan objek penelitian dan sampel adalah bagian dari populasi yang
digunakan dalam penelitian yang dapat diperkirakan akan mewakili populasi
secara keseluruhan”.[28]
Penetapan sampel penelitian berpijak pada pendapat Arikunto bahwa apabila
populasi kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya, sehingga
penelitian merupakan penelitian populasi, apabila lebih dari 100 orang, maka
dapat diambil 10 - 15 % atau 20-25 %.[29]
Melalui penelitian ini penulis
berusaha mendapatkan data yang akurat dan objektif di lapangan. Adapun teknik
pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati langsung di lokasi penelitian untuk melihat
kenyataan-kenyataan yang terjadi dan berhubungan dengan Pendidikan moral di
sekolah dan di dayah. Observasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh
dari hasil wawancara.
2. Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari pihak yang diwawancarai.[30]
Tanya jawab/ wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data, komunikasi tersebut dilakukan dengan
lisan baik langsung maupun tidak langsung. Penulis juga mewawancarai
orang-orang yang telah menjadi sampel penelitian dengan berpedoman kepada
daftar pertanyaan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu metode tanya jawab pengertian dan pengetahuan
terhadap anak didik dapat lebih dimantapkan, sehingga segala kesalahpahaman,
kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari. [31]
wawancara dengan pimpinan dayah, kepala sekolah, dengan santri dan siswa.
3. Angket adalah sebagai alat pengumpulan data yang
ditunjukan kepada subjek atau responden penelitian. Angket disebarkan oleh
peneliti kemudian baru diisi oleh siswa. Dari hasil angket tersebut penulis
akan mendapatkan data tentang pendidikan moral di sekolah dan di dayah.
Pertayaan dalam angket tertutup dengan menyediakan alternatif jawaban.[32]
4. Telaah Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui
dokumen-dokumen yang dimiliki oleh tempat penelitian dan juga melalui buku
panduan ataupun buku paket yang relevan dengan pembahasan ini.
I.
[1]Ary Ginanjar Agustiar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta:
Arga, 2001), hal. 131.
[2]Steven J Stein, dan Howard E. Book, Ledakan EQ 15 Prinsip-prinsip Dasar
Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, (Bandung: Kaifa, 2003), hal. 64.
[3]Moqowim, Modul Pengembangan Soft Skills Guru PAI, Materi Peningkatan Kualitas
Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP),
(Jakarta: Direktorat
Pendidikan Agama Islam Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011), hal. 8
[5]Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, Terj. Zainal Abidin (Jakarta:
Darul Haq, 2004). hal. 86.
[7]http://edukasi.kompas.com/read/2011/05/20/14171694/Selamat.Banda.Aceh.Peringkat.Satu., di akses Kamis, 13 Desember 2012, jam 06.50 pm
[8]http://www.analisadaily.com/news/read/2012/06/01/53582/sman_fajar_harapan_banda_aceh_raih_nilai_un_murni_tertinggi_nasional/#.UMkXWmHOF6E, di akses Kamis, 13 Desember 2012, jam 06.57 pm
[9]http://ppdb.kemdikbud.go.id/bandaaceh/index.php/page/show/22, di akses Kamis, 13 Desember 2012, jam 07.31 pm
[10]Muhammad Abd al-Salam al-Ajamiy, Al-Tarbiyyah
al-Islamiyyah al-Usul Wa al-Tatbiqat, (Riyadh: Dar al-Nasyir al-Duwali,
2006), hal. 24-25.
[11]M. Nasir Budiman, Pendidikan
dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Madani Press, 2000), hal. 125.
[13]Widodo, Amd, Dkk, Kamus Ilmiah Populer Dilengkapi EYD dan Pembentukan Istilah, (Yogyakarta:
Absolut, 2002), cet 1, hal. 61
[15]Mariani, Peran Kepala Sekolah
dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada MIN I Banda Aceh, ( Banda Aceh: Tesis PPs IAIN Ar-Raniry, 2012).
[16]Siti Munti, Pendidikan
Nilai Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional (Suatu Analisis Psikologis Terhadap
Anak Semenjak Bayi sampai dengan Berusia 12 Tahun), (Banda Aceh: Tesis PPs
IAIN Ar-Raniry, 2005).
[17]Soedirman Z, Kompetensi
Guru Pendidikan Jasmani, (Banda Aceh, Jurnal Edukasi Media Komunikasi
Pendidikan, 2009), hal. 160-163
[18]Bakhtiar, Personaliti Guru
dan Pengaruhnya terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN Model Banda Aceh, (Banda Aceh: Tesis PPS IAIN Ar-Raniry, 2009).
[19]Ahmad Ali Budaiwi, Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya Bagi Pendidikan Anak, Terj.
Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal. 1.
[20]Dahrina, Peran
Orang Tua
Dalam Pembinaan Moral Anak di Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, (Banda Aceh: Tesis PPs IAIN Ar-Raniry, 2011).
[21]M. Nasir Budiman, Pendidikan Moral Qur’ani: Strategi Belajar Mengajar pada MAN
se Daerah Istimewa Aceh, (Yogyakarta: Disertasi PPs IAIN Sunan Kali
jaga, 1996).
[22]Andi Hakim Nasoetion, Panduan Berfikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja, (Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hal. 82.
[23] Mardiana, Pembinaan
Akhlak Peserta Didik di SMP Negeri I Keumala (Darussalam-Banda Aceh: IAIN
Ar-Raniry, 2011) hal 13, dikutip dari buku S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik (Bandung: Tarsita, 1998), Hal 5.
[24] Iin Meriza, Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga
Pekerja (Penelitian di Kecamatan Woyla
Kabupaten aceh Barat), (Darussalam-Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2012),
hal.15 dikutip dari buku Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Remaha Rosdakarya, 1999), hal. 64.
[25]Sanafiah Faisal, Format-format
Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), hal. 122.
[26]Nana Syodih Sukamadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 254.
[27]Yooke Tjuparmah S. Komaruddin, M.Pd, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2000), hal. 232.
[28]Winarno Surachmad, Pengantar Pendidikan Ilmiah Dasar Metode dan
Tekhnik, (Bandung: Tarsito, , 1994), hal. 84.
[29]Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktis, (Jakarta: Gramedia, 2002) hal. 112.
[30]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hal. 22.
[31]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1985), hal. 120.
[32]Sanafiah Faisal
.................... hal. 122.
Komentar
Posting Komentar