Pendidikan Berbasis Soft Skill



DAFTAR ISI
                                                                                                                         Halaman
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
HALAMAN PENILAIAN MUNAQASYAH........................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
ABSTRAK................................................................................................................
SINGKATAN...........................................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 1
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................

BAB I        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah ......................................................................... 2
B.     Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C.     Tujuan Penelitian...................................................................................... 7
D.    Manfaat Penelitian................................................................................... 8
E.     Definisi Operasional................................................................................. 8
F.      Tinjauan Kepustakaan..............................................................................
G.    Sistematika Penulisan ..............................................................................
H.    Metode Penulisan.....................................................................................

BAB II      KAJIAN TEORITIS SOFT SKILL
A.      Makna Soft Skill dan Budaya Sekolah...................................................
B.       Urgensi-urgensi Soft Skill dalam Pendidikan Islam...............................
C.       Asas-asas Budaya Sekolah Islami...........................................................
D.      Metode Pembiasaan dalam Pendidikan Islam........................................

BAB III    HASIL PENELITIAN
A.    Objek Penelitian.................................................................................. ....
B.     Budaya guru dalam Menciptakan Budaya Soft Skill..............................
C.     Aplikasi  guru dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa..........................
D.    Bentuk kendala yang Dihadapi Guru Dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa             

BAB IV    PENUTUP
A.    Kesimpulan..............................................................................................
B.     Saran-saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................

BIOGRAFI PENULIS..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Soft Skill adalah bagian keterampilan dari seseorang yang lebih bersifat kepada “kehalusan” atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Soft skill mengarah kepada keterampilan psikologis, dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata, namun tetap bisa dirasakan. Ada beberapa komponen yang termasuk kedalam bagian soft skill. Kecerdasan emosional dan spiritual termasuk bagian dari soft skill.
Dalam rangka pembina kecerdasan emosional terhadap sikap empati dan sikap kejujuran untuk menjadi potensi positif, maka perlu ada upaya atau langkah-langkah yang dilaksanakan sehingga mampu melahirkan sebuah kecerdasan emosional diri seseorang. Menurut wacana Al-Qur’an hal ini lebih dikenal dengan konsep akhlaq al-karimah.[1]
Keberadaan institusi formal seperti sekolah lebih cenderung sebagai media yang paling kondusif untuk mengasah keahlian soft skill seseorang. Hal ini dikarenakan soft skill dipelajari melalui interaksi dengan orang lain dan bagaimana seseorang menghadapi permasalahan dalam kehidupannya.
Para ahli menjelaskan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh tingginya intelegensi question (IQ). Sebaliknya justru faktor emosional question lebih memegang peran lebih besar dengan perbandingan EQ dan IQ sebesar 80:20.[2]
            Soft skill lebih berada pada ranah afektif (olah rasa). Soft skill dipelajari dalam kehidupan sosial melalui interaksi sosial. Soft skill dipelajari melalui pengamatan atas perilaku orang lain dan juga atas refleksi tindakan sebelumnya. Dengan kata lain, soft skill bisa dipelajari melalui proses pengasahan soft skill baik dari melihat maupun dari melakukan sesuatu.
Jika dikaitkan dengan hasil penelitian diberbagai perusahaan besar tentang keberhasilan seorang profesional sangat ditentukan oleh penguasaan soft skill ketimbang hard skill. Menurut buku Lesson From The Top karya Neff dan Citrin (1999) yang memuat sharing dan wawancara 50 orang tersukses di Amerika: mereka sepakat bahwa yang paling menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis melainkan kualitas diri yang termasuk dalam keterampilan lunak (soft skill) atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills). [3]

Riset tersebut diperkuat lagi oleh hasil survey Tempo tentang karakter yang harus dimiliki oleh orang yang berhasil mencapai puncak karir, yaitu: [1] mau bekerja keras, [2] kepercayaan diri tinggi, [3] mempunyai visi ke depan, [4] bisa bekerja dalam tim, [5] memiliki kepercayaan matang, [6] mampu berpikir analitis, [7] mudah beradaptasi, [8] mampu bekerja dalam tekanan, [9] cakap berbahasa Inggris, dan [10] mampu mengorganisir pekerjaan. Kalau hasil riset ini dijadikan sebagai acuan untuk melihat kondisi pendidikan, terutama guru, maka bisa disimpulkan bahwa pengembangan guru masih berkutat pada hard skills. Kurangnya perhatian terhadap soft skills guru berakibat pada kualitas peserta didik kita yang belum maksimal.[4]

Moralitas pendidikan yang baik dapat tampak dari kehidupan dan proses yang terjadi di dalamnya. Tentu saja pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme, perdamaian, persatuan, nasionalisme, dan nilai-nilai moral positif lainnya. Melalui pembangunan moralitas pendidikan nantinya akan terwujud dunia pendidikan yang unggul dan bermutu, tidak hanya secara akademis namun juga bermoral.
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran baik dalam keluarga, lembaga dan masyarakat tidak akan terlepas dari bagaimana cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan atau bagaimana cara mengajar agar bisa berjalan dengan baik berdasarkan metode yang akan digunakan. Metode pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu.
Pendidikan adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam upaya membimbing, mengayomi dan mendidik anak agar menjadi generasi penerus agama, bangsa dan negara. Anak perlu dididik dan diberi pengetahuan yang baik agar dia mampu menjadi seorang yang memiliki intelektualitas, kecerdasan, moralitas, dan profesionalitas.[5]
Pendidikan sejatinya merupakan proses pembentukan moral masyarakat yang beradab, masyarakat yang tampil dengan penuh rasa kemanusiaan. Dengan kata lain, pendidikan adalah moralisasi masyarakat, terutama peserta didik. Menurut Prof. Schoorl (1982) berpendapat bahwa praktik-praktik pendidikan merupakan wahana terbaik dalam menyiapkan sumber daya manusia dengan derajat moralitas tinggi.[6]
Pada kenyataannya saat ini justru seringkali terjadi praktik penyimpangan moral: seperti kekerasan oleh guru, korupsi dana pendidikan, jual beli ijazah palsu, tawuran antar pelajar dan sebagainya. Seharusnya pendidikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang tidak hanya terampil dan cerdas, namun juga bermoral. Akibat yang bisa dirasakan dari sumber daya manusia yang bermoral adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, serta membantu orang lain. Dikarenakan pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama.
Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), tahun 2011 peringkat pertama dalam sepuluh besar kelulusan. Nilai UN murni terbaik tingkat SMA/ sederajat diraih oleh salah satu sekolah di kota Banda Aceh dengan nilai rata-ratanya adalah 9.53.[7]
Seperti halnya sebuah sekolah swasta yang berdiri pasca bencana tsunami dan didukung oleh lembaga pemerintah Turki, meluluskan 100 persen siswanya yang ikut UN yaitu sebanyak 67 orang.[8] Soft skill adalah harus dimiliki karena berpengaruh pada keberhasilan siswa. Siswa yang mempuyai soft skill maka kelulusannya akan baik.
Perekrutan siswa dari dua sekolah diatas berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh, Nomor: 422.1/ A.3/ 4232.a/ 2012 adalah dengan seleksi. Caranya dengan menyerahkan berkas pendaftaran untuk dilakukan verifikasi oleh panitia pendaftaran, selanjutnya panitia melakukan proses entri data pendaftaran, pilihan sekolah calon peserta didik melalui komputer secara online.[9]
Hipotesa dari penulis mayoritas soft skill yang dimiliki oleh siswa SMA Swasta adalah lemah hal ini karena permasalahan penerimaan siswa di SMA Cut Meutia dengan cara pendaftaran langsung ke sekolah bukan dengan jalur online, kemudian siswa pindahan dari prestasi belajar lebih rendah dari sekolah lain baik dari dalam kota maupun luar kota. Kemudian dari observasi awal, dari input siswa bahwa soft skill yang dimiliki rendah karena SMA Cut Meutia adalah sekolah pilihan kesekian dari sekolah lain yang ada di Banda Aceh.
Dari uraian sebelumnya soft skill sangat mempengaruhi hard skill siswa. Oleh karena soft skill sangat penting, pihak sekolah harus memiliki upaya yang rapi untuk membentuk soft skill siswa. Lebih-lebih di sekolah yang soft skill rendah seperti di SMA Cut Meutia Banda Aceh, pembahasan lebih akan penulis paparkan pada bab selanjutnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah tentang Pendidikan Berbasis Soft Skill Pada SMA Swasta di Banda Aceh. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana guru menciptakan budaya sekolah yang mampu meningkatkan soft skill siswa ?
2.  Bagaimana metode pembiasaan yang dilakukan guru di sekolah supaya soft skill siswa meningkat ?
3.      Kendala apa saja yang dihadapi ketika guru menciptakan budaya dalam metode pembiasaan ?

C.    Tujuan Penelitian
Pada sub ini penulis ingin menuliskan tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana guru menciptakan budaya sekolah yang mampu meningkatkan soft skill.
2.      Untuk mengetahui pembiasaan yang dilakukan guru supaya soft skill anak dapat meningkat.
3.      Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dalam menciptakan budaya sekolah untuk meningkatkan kemampuan soft skil anak.

D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk menjadi bahan masukan bagi guru dan juga pihak sekolah agar terus meningkatkan pengetahuan dalam proses soft skill pendidikan di sekolah.
2.      Untuk mengetahui dampak soft skill pendidikan di sekolah
3.      Untuk menjadi bahan masukan bagi guru dan berbagai pihak agar terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam soft skill pendidikan
4.      Menjadi masukan bagi dinas terkait untuk membuat kebijakan.
5.      Pihak yang berkepentingan dalam rangka memperkaya pembahasan yang telah dilakukan dibidang pendidikan dan diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi praktisi pendidikan dalam upaya pembentukan soft skill

E.     Definisi Operasional
Untuk mempertegas dan memperjelas maksud penulisan penelitian sehingga terhindar dari terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan bagi pembaca, maka penulis merasa perlu memberikan penjelasan istilah-istilah yang terangkai dalam judul tesis ini adalah:
Pendidikan adalah suatu usaha yang dijalankan oleh seseorang kepada orang lain, atau usaha yang dijalankan oleh generasi yang sudah matang kepada generasi yang sedang bertumbuh kembang, dimana usaha itu memiliki tujuan.[10] Dalam bahasa Arab, pendidikan sering diistilahkan dengan al-ta’lim, at-tarbiyyah dan al-ta’dib.[11] Pada ketiga istilah ini memiliki makna khusus dan tersendiri pada konsep pendidikan. At-ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian dan keterampilan. Al-ta’lim lebih sempit maknanya yaitu proses pentransferan sejumlah nilai antar manusia. Kata tarbiyyah itu masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik dan memelihara. Al-ta’dib merupakan masdar dari addaba yang berarti proses mendidik, lebih kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak subjek didik.
Berthal mendifinisakan bahwa soft skills, yaitu perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia seperti membangun tim, pembuatan keputusan, inisiatif, dan komunikasi. Soft skills tidak termasuk keterampilan teknis seperti keterampilan merakit komputer. Dengan kata lain, soft skills mencakup pengertian keterampilan non-teknis, keterampilan yang dapat melengkapi kemampuan akademik, dan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap orang, apa pun profesi yang ditekuni. Profesi seperti guru, polisi, dokter, akuntan, petani, pedagang, perawat, arsitek, dan nelayan harus mempunyai soft skills.[12]
Soft skill pada dasarnya merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Berbasis berasal dari kata basis artinya dasar, pokok.[13] Kemudian ditambahkan awal ber. Penulis lebih mengartikan basis artinya berdasarkan.
Secara terminologi, pendidikan berarti proses perbaikan, penyempurnaan dan penguatan terhadap semua potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang kebudayaannya yang sederhana sekalipun proses pendidikan sudah ada dan berkembang, sering dikatakan bahwa pendidikan itu telah muncul sejak adanya peradaban manusia.
Swasta adalah berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah.[14] Banda Aceh adalah nama sebuah kota yang berada di Provinsi Aceh. Banda Aceh merupakan Ibu kota provinsi Aceh.
F.     Tinjauan Perpustakaan
Dalam mengkaji permasalahan ini digunakan beberapa referensi yang dianggap layak untuk dijadikan bahan rujukan. Berikut ini akan dipaparkan sejumlah karya yang mendiskusikan tentang soft skill antara lain: Tulisan Mariani, Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada MIN I Banda Aceh, dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa kepala MIN I Banda Aceh belum mampu berperan sebagai edukator, manajerial, supervisi, inovasi, maupun motivasi dalam meningkatkan kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari kinerja yang dimiliki oleh guru-guru MIN I Banda Aceh tersebut.[15]
Tulisan Siti Muti, Pendidikan Nilai dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional ,hasil penelitian menunjukan bahwa dengan dilakukan ‘adzan/ iqamah, cukur rambut kepala, memberi nama yang baik, aqiqah, pelaksanaan ibadah seperti shalat, paksakan anak secara psikologis bagi anak yang tidak mau beribadah, mengontrol lingkungan bermain anak, cerita-cerita islami/ sirah nabawiyah, kebiasaan transfer of value dan tradisi yang baik dalam keluarga, sekolah/ masyarakat, pendidikan bernuansa islami, pelaksanaan shalat berjamaah, ibadah puasa, pengeluaran zakat, dengan perayaan hari besar keislaman dalam masyarakat dapat memunculkan akhlakul karimah dan kecerdasan emosional yang tinggi terhadap anak-anak.[16]
Tulisan Soedirman Z, Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, ada dua standar kompetensi kelayakan untuk seorang guru jasmani adalah ijazah dan akta untuk mengajar. Untuk itu diperlukan institusi yang mengeluarkan dan mengesahkan.guru pendidikan jasmani yang professional memiliki kompetensi utama, yaitu mampu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengevaluasi, menggunakan hasil evaluasi untuk remidi dan menggunakan hasil penelitian pembelajaran untuk kepentingan pengembangan pembelajaran pendidikan jasamani.[17]
Tulisan Bakhtiar, Personaliti Guru dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN Model Banda Aceh, hasil penelitian menjelaskan bahwa personaliti guru yang baik sangat mempengaruhi akhlak siswa, antara lain tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas, penampilan yang sesuai dengan syariat Islam, tutur kata yang sopan santun, disiplin, serta hubungan baik dengan semua komponen. Prilaku siswa MAN Model Banda Aceh sudah maksimal khususnya dalam membentuk mental pribadi yang berakhlakul karimah. Tingkat personaliti guru berpengaruh terhadap dekadasi moral peserta didik, kedisiplinan guru yang masih rendah membawa pengaruh yang negatif dalam mengikuti aturan dan menjauhi pelanggaran serta sikap tegas terhadap siswa yang melakukan pelanggaran.[18] Metode pendidikan adalah pemberian hukuman sebagai suatu prinsip pendidikan yang terdapat di dalam pendidikan Islam untuk membedakan orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat buruk.[19]
Selanjutnya tulisan Dahrina M, Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Moral Anak di Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, Pemahaman orang tua tentang makna moral merupakan suatu yang sangat penting yang sangat wajib diterapkan kepada anak-anak mereka. Sementara pembinaan moral yang telah dilakukan oleh orang tua selama ini, seperti dengan memberi nasehat dan juga memberi keteladanan, disamping juga menerapkan metode reward dan punishment, artinya kalau anak melaksanakan dan mematuhi nasehatnya maka anak akan diberi hadiah, jika tidak, maka akan diberi hukuman, dengan hukuman yang beragam, sesuai dengan tingkat kesalahan.[20]
Sementara upaya memperbaiki moral melalui penelitian seperti apa yang telah diteliti oleh M. Nasir Budiman dalam Distertasinya yang berjudul: Pendidikan Moral Qur’ani: Strategi Belajar Mengajar pada MAN se Daerah Istimewa Aceh, dimana di dalam distertasinya M. Nasir Budiman lebih menfokuskan pembahasannya pada konsep pendidikan moral yang ditawarkan oleh Al-Qur’an, dan bagaimana menginternalisasikan nilai-nilai moral tersebut dalam setiap bidang studi.[21]

G.    Sistematika Pembahasan
Bahasan-bahasan dalam penelitian ini akan dituangkan dalam 4 bab yang saling terkait antara satu dengan lainnya secara logis dan sistematis. Bab satu merupakan  bagian pendahuluan sebagai pengantar umum tulisan yang terdiri dari latar belakang masalah yaitu: untuk memberikan penjelasan secara akademik, rumusan masalah dimaksudkan untuk mempertegas pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti agar lebih terarah. Sedangkan kajian pustaka untuk memberikan penjelasan dimana posisi penulis dalam penelitian ini.
Bab kedua diuraikan tentang kajian teoritis soft skill menyangkut makna soft skill dan budaya sekolah, urgensi-urgensi soft skiil dalam pendidikan islam, asas-asa budaya sekolah islami, dan metode pembiasaan dalam pendidikan islam.
Bab ketiga berisikan hasil penelitian seperti objek penelitian, budaya guru dalam menciptakan budaya soft skill, selanjutnya aplikasi  guru dalam membangkitkan soft skill siswa, dan bentuk kendala yang dihadapi guru dalam membangkitkan soft skill siswa.
Bab keempat adalah bab penutup, yang meliputi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dianggap perlu.

H.    Metode Penelitian

Dalam penulisan tesis ini, terlebih dahulu peneliti menetapkan metode yang akan peneliti pergunakan di dalam penelitian ini, agar lebih terarah sehingga memungkinkan dapat tercapainya sasaran yang akan peneliti dapat. Hal ini diharapkan untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk penulisan tesis ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Kajian kualitatif digunakan pada penelitian masalah kemasyarakatan secara mendalam dengan maksud memahami sifat dan maknanya bagi perseorangan yang terlibat di dalamnya. Kajian ini juga dikembangkan untuk menampilkan berbagai pandangan manusia yang berbeda dalam bidang-bidang ilmu sosial.[22]
Kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka dan sekitarnya.[23] Dalam penelitian ini peneliti memusatkan penelitian dan perhatian untuk memahami prilaku, sikap pendapat siswa berdasarkan pandangan subjek yang diteliti.
Metode deskriptif yang peneliti pergunakan dengan meneliti secara menyeluruh terhadap gejala yang terjadi di lokasi penelitian sesuai dengan fokus permasalahan. Sebagaimana dijelaskan Sudjana bahwa, “penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang timbul dilapangan untuk kemudian digambarkan sebagaimana mestinya”.[24]
Selanjutnya pengumpulan data dilakukan melalui library reseach yaitu penelitian ini penulis maksudkan sebagai jalan untuk memperoleh bahan bacaan yang berhubungan dengan pembahasan tesis melalui kajian dari buku-buku majalah dan literatur lainnya serta membuat perbandingan dengan data yang diperoleh. Pendekatan yang penulis lakukan dengan cara studi lapangan yaitu melakukan penelitian guna mendapatkan data-data primer yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan serta akan dikumpulkan melalui angket.[25] Pengumpulan data melalui lapangan adalah dengan cara mendatangi daerah penelitian.
Daerah penelitian, sasaran penelitian ini dilakukan di SMA swasta yang ada di Banda Aceh. Populasi penelitian ini adalah seluruh SMA Swasta se Kota Banda Aceh, yang memiliki 18 sekolah swasta, melihat dari pertimbangan populasi terlalu besar, disamping kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana, maka ditetapkan yang menjadi daerah penelitian adalah SMA Cut Meutia Kota Banda Aceh yang terletak di jalan Tengku Chik Ditiro sebagai sampel penelitian. Pengambilan daerah penelitian ini dikarenakan penulis menggunakan purposif sampling pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.[26] Sampel purposif adalah suatu teknik penetapan sampel yang dilakukan dengan cara memilih sampel diantara populasi agar sampel itu mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya. Teknik ini dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah diperoleh dari populasi sebelumnya.[27]
Pengambilan populasi dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan pendapat Surachmad menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek penelitian dan sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan dalam penelitian yang dapat diperkirakan akan mewakili populasi secara keseluruhan”.[28] Penetapan sampel penelitian berpijak pada pendapat Arikunto bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, apabila lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10 - 15 % atau 20-25 %.[29]
Melalui penelitian ini penulis berusaha mendapatkan data yang akurat dan objektif di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut:
1.      Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung di lokasi penelitian untuk melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi dan berhubungan dengan Pendidikan moral di sekolah dan di dayah. Observasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil wawancara.
2.      Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari pihak yang diwawancarai.[30] Tanya jawab/ wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data, komunikasi tersebut dilakukan dengan lisan baik langsung maupun tidak langsung. Penulis juga mewawancarai orang-orang yang telah menjadi sampel penelitian dengan berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu  metode tanya jawab pengertian dan pengetahuan terhadap anak didik dapat lebih dimantapkan, sehingga segala kesalahpahaman, kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari. [31] wawancara dengan pimpinan dayah, kepala sekolah, dengan santri dan siswa.
3.      Angket adalah sebagai alat pengumpulan data yang ditunjukan kepada subjek atau responden penelitian. Angket disebarkan oleh peneliti kemudian baru diisi oleh siswa. Dari hasil angket tersebut penulis akan mendapatkan data tentang pendidikan moral di sekolah dan di dayah. Pertayaan dalam angket tertutup dengan menyediakan alternatif jawaban.[32]
4.      Telaah Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui dokumen-dokumen yang dimiliki oleh tempat penelitian dan juga melalui buku panduan ataupun buku paket yang relevan dengan pembahasan ini.










I.        



[1]Ary Ginanjar Agustiar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Arga, 2001), hal. 131.
[2]Steven J Stein, dan Howard E. Book, Ledakan EQ 15 Prinsip-prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, (Bandung: Kaifa, 2003), hal. 64.

[3]Moqowim, Modul Pengembangan Soft Skills Guru PAI, Materi Peningkatan Kualitas Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011), hal. 8
[4]Moqowim, Modul Pengembangan ..., 8
[5]Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, Terj. Zainal Abidin (Jakarta: Darul Haq, 2004). hal. 86.

[9]http://ppdb.kemdikbud.go.id/bandaaceh/index.php/page/show/22, di akses Kamis, 13 Desember 2012, jam 07.31 pm
[10]Muhammad Abd al-Salam al-Ajamiy, Al-Tarbiyyah al-Islamiyyah al-Usul Wa al-Tatbiqat, (Riyadh: Dar al-Nasyir al-Duwali, 2006), hal. 24-25.

[11]M. Nasir Budiman, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Madani Press, 2000), hal. 125.

[12]Moqowim, Modul Pengembangan ..., hal 18

[13]Widodo, Amd, Dkk, Kamus Ilmiah Populer Dilengkapi EYD dan Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Absolut, 2002), cet 1, hal. 61

[15]Mariani, Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada MIN I Banda Aceh, ( Banda Aceh: Tesis PPs IAIN Ar-Raniry, 2012).

[16]Siti Munti, Pendidikan Nilai Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional (Suatu Analisis Psikologis Terhadap Anak Semenjak Bayi sampai dengan Berusia 12 Tahun), (Banda Aceh: Tesis PPs IAIN Ar-Raniry, 2005).
[17]Soedirman Z, Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, (Banda Aceh, Jurnal Edukasi Media Komunikasi Pendidikan, 2009), hal. 160-163

[18]Bakhtiar, Personaliti Guru dan Pengaruhnya terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN Model Banda Aceh, (Banda Aceh: Tesis PPS IAIN Ar-Raniry, 2009).

[19]Ahmad Ali Budaiwi, Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya Bagi Pendidikan Anak, Terj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal. 1.

[20]Dahrina, Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Moral Anak di Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, (Banda Aceh: Tesis PPs IAIN Ar-Raniry, 2011).

[21]M. Nasir Budiman, Pendidikan Moral Qur’ani: Strategi Belajar Mengajar  pada MAN  se Daerah Istimewa Aceh, (Yogyakarta: Disertasi PPs IAIN Sunan Kali jaga, 1996).
[22]Andi Hakim Nasoetion, Panduan Berfikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hal. 82.

[23] Mardiana, Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SMP Negeri I Keumala (Darussalam-Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2011) hal 13, dikutip dari buku S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik (Bandung: Tarsita, 1998), Hal 5.
[24] Iin Meriza, Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Pekerja (Penelitian di Kecamatan  Woyla Kabupaten aceh Barat), (Darussalam-Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2012), hal.15 dikutip dari buku Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar  Mengajar, (Bandung: Remaha Rosdakarya, 1999), hal. 64.
[25]Sanafiah Faisal,  Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), hal. 122.

[26]Nana Syodih Sukamadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 254.

[27]Yooke Tjuparmah S. Komaruddin, M.Pd, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), hal. 232.

[28]Winarno Surachmad, Pengantar Pendidikan Ilmiah Dasar Metode dan Tekhnik, (Bandung: Tarsito, , 1994), hal. 84.

[29]Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Gramedia, 2002) hal. 112.
[30]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 22.
[31]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hal. 120.

[32]Sanafiah Faisal .................... hal. 122. 

Komentar

Postingan Populer