Zulqarnaen



1. Arti Dzulqarnain
Dzul adalah orang
Qarnain adalah dua tanduk,
Jadi Orang yang bertanduk dua. Alasan diberi gelar tersebut  karena mampu menakhlukkan negeri dengan dua tanduk, yaitu Barat dan Timur dan berhasil mengurung dua kaum pembuat kerusakan, yakni Ya’juj dan Ma’juj.

2. Siapakah Dzulqarnain??
Dzulqarnain adalah seorang monoteisme berasal dari bangsa Arab. Bangsa Arab seluruhnya merupakan keturunan Sam bin Nuh, adapun bangsa Yunani adalah keturunan Yafits bin Nuh menurut pendapat yang kuat. Sehingga keduanya adalah pendapat yang berbeda.
Kisah Dzulqarnain telah diterangkan Al-Qur’an secara panjang lebar dalam Surat Al-Kahfi ayat 83-98, sebagai berikut:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.’ Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: ‘Hai Dzulqarnain: ‘Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.’ Berkata kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami’.” (Al-Kahfi: 83-88 )
“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kamu yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: “Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila telah datang janji dari Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi: 89-98 )
Dzulkarnain diperintahkan untuk menuju tempat terbenam matahari (Bagian barat bumi), tempat terbit matahari (bagian timur bumi), dan juga menuju tempat “baina as-saddain (di antara dua bukit). Berdasarkan bukti, fakta, dan argumentasi yang diberikan oleh penulis, penulis meyakini bahwa yang dimaksud tempat terbenam matahari adalah kepulauan Maladewa, kemudian beliau menyusuri khatulistiwa menuju tempat terbitnya matahari. Kepulauan Kiribati dinyatakan oleh penulis sebagai tempat terbitnya matahari. Di tempat ini terbit dan terbenamnya matahari selalu sama sepanjang tahun, yaitu terbit selalu jam 06.30 dan terbenam selalu jam 18.30, dengan kata lain siang hari selalu 12 jam, dan malam hari selalu 12 jam. Setelah itu beliau diperintahkan oleh untuk berbelok arah menuju tempat yang terletak di antara dua bukit. Berdasarkan penelitian beliau, lokasi itu tidak lain adalah China.

3. Siapakah Alexander Agung?
Alexander Agung adalah seorang Raja yang berasal dari Macedonia, Yunani. Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasarkan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota bernama Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.
Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
Alexander dalam karyanya Ibn Hisyam memberikan gambaran tentang siapakah Dzulqarnain dengan mengasosiasikan dia dengan Alexander dari Yunani karena tafsiran bahwa “2 tanduknya” adalah rentangan kekuasaannya yang terbentang dari Yunani ke Persia (dahulu kekuasaan kerajaan Persia sampai ke India), atau dari barat sampai ke timur. Kemungkinan besar sejak saat itulah diasosiasikan bahwa Dzulqarnain adalah Alexander (atau Iskandar menurut bahasa Arab dan Eskandar menurut bahasa Persia).

4. Benarkah Alexander Agung adalah Dzulqarnain?
Terlalu dini kesimpulan para penghujat Islam yang menyatakan bahwa Alexander agung adalah Dzulqarnain. Itu bisa dibuktikan dari beberapa riwayat yang diabadikan dari nash-nash Al hadist.
1. Yang menunjukkan bahwa Dzulqarnain lebih dulu masanya dari Alexander adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Fahiki dari jalan ‘Ubaid bin ‘Umair bahwa Dzulqarnain menunaikan haji dengan berjalan kaki. Hal ini kemudian didengar oleh Ibrahim Alaihissalam sehingga beliau menemuinya.
2. Juga diriwayatkan dari jalan ‘Atha dari Ibnu Abbas bahwasanya Dzulqarnain masuk ke Masjidil Haram lalu mengucapkan salam kepada Nabi Ibrahim.
3. Juga dari Utsman bin Saj bahwasanya Dzulqarnain meminta kepada Nabi Ibrahim untuk mendoakannya. Nabi Ibrahim lalu menjawab: “Bagaimana mungkin, sedangkan kalian telah merusak sumurku?” Dzulqarnain berkata: “Itu terjadi di luar perintahku.” Maksudnya, sebagian pasukannya melakukannya tanpa sepengetahuannya.
4. Ibnu Hisyam menyebutkan dalam At-Tijan bahwa Nabi Ibrahim berhukum kepada Dzulqarnain pada suatu perkara, maka dia pun menghukumi perkara itu.
5. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalan Ali bin Ahmad bahwa Dzulqarnain datang ke Mekah serta mendapati Ibrahim dan Ismail sedang membangun Ka’bah.

Dengan nash-nash tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Alexander Agung berbeda masa dengan Dzulqarnain.

Ada perbedaan mencolok dari kedua tokoh tersebut, yakni:
Berdasarkan Biografi antara Alexander Agung dengan Dzulqarnain dalam Alquranul Karim, maka keduanya terdapat Perbedaan Mencolok, yaitu:
1. Perbedaan masa antara Dzulqarnain yang hidup pada zaman Nabi Ibrahim dan Alexander yang dekat dengan zaman Nabi Isa terpaut 2000 tahun lebih.
2. Punya 2 tanduk
Alexander Agung diberi gelar ‘2 tanduk’ belum dapat dipastikan dengan benar karena ditafsirkan hanya berdasarkan Penakhlukkan daerah Timur dan Barat saja.  Sedangkan Dzulqarnain tidak hanya mengusai Barat dan Timur saja, tetapi berhasil menahan 2 kaum perusak, yakni Ya’juj dan Ma’juj atau Gog dan Magog.
3. Kekuasaannya meliputi suatu daerah yang sangat luas.
4. Membangun tembok besi untuk menahan Yajuj dan Majuj.
5. Penguasa yang adil dan percaya kepada Tuhan.

5. Siapakah Dzulqarnain yang dimaksud
Pertama, sebagian meyakini bahwa ia tidak lain adalah Iskandar Al-Maqduni (Alexander Agung). Oleh karena itu, sebagian mereka memberinya nama Iskandar Dzul Qarnain. Menurut pendapat mereka, setelah kematian ayahanda tercintanya, Iskandar Dzul Qarnain mampu menguasai negara-negara Roma, Maghrib, dan Mesir. Ia juga telah membangun sebuah kota yang bernama Iskandariyah, menguasai Baitul Maqdis dan Syam, kemudian melanjutkan ekspansinya ke Armenia, menaklukkan Irak dan Iran, lalu ke India dan China. Dari sana, ia kembali ke Khurasan dan membangun berbagai kota di Khurasan. Lalu, ia kembali ke Iraq lagi. Setelah itu, ia jatuh sakit dan meninggal dunia di kota Zuur. Menurut pendapat sebagian mufassirin, usia Dzul Qarnain tidak lebih dari 36 tahun. Jasadnya dibawa ke Iskandariyah dan dikebumikan di tempat tersebut.
Kedua, sebagian dari ahli sejarah sepakat bahwa Dzul Qarnain adalah salah seorang raja Yaman (Raja-raja Yaman dijuluki gelar “Tubba’”. Bentuk pluralnya adalah “Tabâbi’ah”).
Mereka yang mempertahankan pendapat ini adalah Al-Ashma’i dalam Târîkh al-‘Arab Qabl al-Islam (Sejarah Arab Sebelum Islam), Ibn Hisyam dalam buku sejarah terkenalnya yang bernama As-Sîrah, dan Abu Raihan Al-Biruni dalam kitabnya yang berjudul Al-Âtâr Al-Bâqiyah.
Bahkan dalam syair-syair kaum Himyari (dari bangsa Yaman) dan sebagian penyair-penyair Jahiliyah ditemukan bahwa mereka merasa bangga dengan sosok Dzul Qarnain di dalam syair-syair mereka.
Menurut pendapat ini, tanggul yang dibuat oleh Dzul Qarnain adalah tanggul terkenal yang bernama tanggul Ma’rib.
Ketiga, pendapat ketiga  adalah pendapat yang dilontarkan oleh ilmuwan masyhur Islam Abul Kalam Azad, Menteri Kebudayaan India pada waktu itu, dalam buku hasil penelitiannya dalam masalah ini. Menurut pendapat ini, sosok Dzul Qarnain tak lain adalah Khurush Yang Agung, seorang raja dari dinasti Hakhamaneshi.
Keempat, yang paling mendekati dengan ciri-ciri Dzulqarnain dari nash-nash yang diwahyukan adalah Dzulkarnain bukanlah Alexander Agung, karena Alexander Agung bukanlah seorang muslim dan juga merupakan agresor. Dzulkarnain tidak lain adalah Akhnaton (Amnihotib IV), Raja Mesir yang berkuasa antara tahun 1370 s.d. 1352 SM (Dinasti XVIII). Akhnaton sendiri adalah anak dari Amnihotib III yang saat ini kita kenal dengan Fir’aun, raja Mesir yang mengaku dirinya sebagai Tuhan dan ingin membunuh nabi Musa. Banyak fakta yang ditampilkan oleh penulis yang mengarahkan Dzulkarnain sebagai anak Firaun. Zulkarnain inilah yang diyakini sebagai orang yang membela Nabi Musa ketika Firaun ingin membunuhnya yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai “laki-laki yang beriman”. Kisah ini bisa disimak dalam
Q.S. 40:27:
Dan berkata Fir`aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”.
Q.S. 40:27
Dan Musa berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab”.
Al-Mu`min:028
Dan seorang laki-laki yang beriman di antara keluarga (pengikut-pengikut) Fir`aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
Siapakah lelaki beriman itu? Menurut penulis, dia tidak lain adalah Dzulkarnain. Bersama istri dan keenam putrinya beliau mengajarkan untuk bertauhid dan dia adalah satu-satunya raja Mesir dalam sejarah yang beriman kepada satu Tuhan, Tuhannya Matahari, yang pada saat itu Matahari dianggap sebagai Tuhan oleh masyarakat Mesir. Dan sangat mungkin anak Firaun ini beriman, karena beliau hidup semasa dengan Nabi Musa yang ketika kecil nabi Musa dirawat oleh istrinya Firaun. Pergaulannya dengan nabi Musa yang mungkin menyebabkan Akhnaton beriman kepada Allah.
Akhnaton menjadi raja setelah ayahnya Firaun tewas di laut merah ketika mengejar nabi Musa.
Dari sekian banyak raja Mesir, hanya Raja Dzulkarnain (Akhnaton) dan keluarganya yang tidak ditemukan muminya meskipun piramid yang akan digunakan untuk makam Raja Akhnaton berhasil ditemukan namun para ahli sejarah tidak berhasil menemukan muminya.
Pertanyaannya, mengapa tidak ada makam Raja Akhnaton? Salah satu jawaban yang mungkin adalah Raja Akhnaton atau Dzulkarnain tidak meninggal di Mesir, tetapi di luar Mesir. Perjalanan Dzulkarnain ke luar Mesir berdasarkan perintah Allah yang tercatat dalam kisah Dzulkarnain di Al-Quran Q.S. Al-Kahfi: 83-99.

Dzulkarnain diperintahkan untuk menuju tempat terbenam matahari (Bagian barat bumi), tempat terbit matahari (bagian timur bumi), dan juga menuju tempat “baina as-saddain (di antara dua bukit). Berdasarkan bukti, fakta, dan argumentasi yang diberikan oleh penulis, penulis meyakini bahwa yang dimaksud tempat terbenam matahari adalah kepulauan Maladewa, kemudian beliau menyusuri khatulistiwa menuju tempat terbitnya matahari. Kepulauan Kiribati dinyatakan oleh penulis sebagai tempat terbitnya matahari. Di tempat ini terbit dan terbenamnya matahari selalu sama sepanjang tahun, yaitu terbit selalu jam 06.30 dan terbenam selalu jam 18.30, dengan kata lain siang hari selalu 12 jam, dan malam hari selalu 12 jam. Setelah itu beliau diperintahkan oleh untuk berbelok arah menuju tempat yang terletak di antara dua bukit. Berdasarkan penelitian beliau, lokasi itu tidak lain adalah China.Cerita Dzulkarnain juga terkait dengan Ya’juj dan Ma’juj. Dalam kaidah bahasa Arab, kata Ya’juj dan Ma’juj ini adalah kata yang aneh karena tidak bisa ditashrif. Ternyata Allah ingin membuktikan sebuah sejarah dengan menggunakan kata aslinya. Ya’juj dan Ma’juj ternyata berasal dari bahasa China:
Ya = AsiaJou atau Zhou = Benua, tempat tinggal
Ma = kuda


Dari pemaparan di atas, pendapat pertama dan kedua bisa dikatakan tidak mempunyai bukti yang relevan dengan sejarah. Selain itu, Iskandar Al-Maqduni pun tidak mempunyai kriteria yang dimiliki oleh Dzul Qarnain sebagaimana yang tertera di dalam Al-Qur’an, dan ia juga bukan salah satu dari raja-raja Yaman. Namun siapapun Dzulqarnain yang dimaksudkan, tidak terlepas dari kehendak Allah SWT.

6. Lalu siapakah Dzulqarnain dalam sejarah ?
Pertama saya akan mengutip ayat dari Kitab Yahudi (The Old Statement):
KJVR-Daniel 8:
3 Then I lifted up mine eyes, and saw, and, behold, there stood before the
river a ram which had two horns: and the two horns were high; but one was
higher than the other, and the higher came up last. (Lalu kuangkat mukaku dan
kulihat, tampak seekor domba jantan berdiri di depan sungai itu; tanduknya dua
dan kedua tanduk itu tinggi, tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan
yang tinggi itu tumbuh terakhir).
16 And I heard a man’s voice between the banks of Ulai, which called, and said,
Gabriel, make this man to understand the vision (Dan kudengar dari tengah
sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: “Jibril, buatlah orang ini memahami
penglihatan itu!).
20 The ram which thou sawest having two horns are the kings of Media and
Persia. (Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah
raja-raja orang Media dan Persia)
“Vision” dari Nabi Danyal ttg biri-biri jantan bertanduk dua, yang sebelah
tanduknya lebih tinggi yang datang belakangan, mengisyaratakan tanduk yang
lebih rendah yaitu Media dan tanduk yang lebih tinggi yaitu Parsi yang
belakangan menjadi Imperium Paarsi . Dalam sejarah tokoh yang mendirikan
Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian menjadi Imperium Parsi tersebut adalah
Cyrus the Great (600 – 529) SM, mendirikan Imprium Parsi (550) SM, dan
memerintah (550 – 529) SM. Jadi “Vision” dari Nabi Danyal itu mengisyaratkan
bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great. Bahwa Cyrus the Great itu ada
kaitannya dengan Si Tanduk Dua atau Dzulqarnain itu bisa diterima, tetapi
apakah dalam hal menyembah dewa-dewa Cyrus the Great tidak ada bedanya dengan
Alexander the Great? Untuk itu perlu dahulu ditinjau dua hal.
Pertama, setelah Nabi Sulaiman AS wafat tahun 926 SM, maka kerajannya pecah
menjadi Kerajaan Israil di utara dan Kerajaan Yahuza (Yudah) di selatan,
masing-masing dengan ibu kota Samaria dan Jeruzalem. Tahun 721 SM Samaria
ditaklukkan oleh bangsa Asysyria dan penduduknya yang terdiri atas 10 suku
dibawa pergi semuanya oleh penakluk itu. Inilah yang disebut 10 suku bangsa
Israil yang hilang (Ten Lost Tribes of Israel). Dalam tahun (586) SM Kerajaan
Yahuza ditaklukkan oleh bangsa Babilonia. Penaklukan Jeruzalem ini dapat kita
baca dalam Al Quran:
“Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua
(kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai
kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-halaman, dan itulah
ketetapan yang pasti terlaksana.” (QS. Al-Israa':5)
Atas perintah Raja Nebukadnezar semua penduduk Yeruzalem diboyong ke Babilonia,
namun pada (538) SM mereka dimerdekakan dan dikembalikan ke Yeruzalem oleh
Cyrus the Great.
Kedua, Cyrus the Great penganut yang taat dari agama Zarathustra. Di
sekolah-sekolah diajarkan bahwa agama Zarathustra menyembah Dua Tuhan, yaitu
Tuhan Terang Ahura Mazda (ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Namun
dewasa ini ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: “Kembali
ke Gatha”, mereka ini berkeyakinan Zarathustra tidak mengajarkan dua tuhan,
melainkan Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan
Angra Manyu, seperti Allah menciptakan iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan
Islam. Ini mengisyaratkan bahwa Cyrus the Great bukanlah penyembah berhala atau
dewa-dewa, melainkan beragama Tawhid, sehingga itulah sebabnya maka pada (538)
SM Bani Israil semuanya dikembalikan ke Yeruzalem oleh Cyrus the Great. Gatha
telah dibakar habis tatkala Alexander the Great menduduki Percepolis, sehingga
Gatha hanya berupa rekaman ingatan dari para pendeta agama Zarathustra.
Alexander mempeoleh gelar dari para pendeta agama Zarathustra, yaitu “yang
terkutuk”.
Alquran adalah Kitab sempurna, penyempurna akhir zaman. Tentu jika tidak ada keterangan yang jelas mengenai Biografi Dzulqarnain yang telah diceritakan, semata-mata bukan karena  Allah SWT tidak tahu dan tidak mau memberitahu. Karena Allah Azza Wa Jalla telah memberikan pentingnya hikmah peristiwa, bukan pentingnya tokoh. Dan jikalau pun kita telah menemukan tokoh yang dimaksudkan Alquran, maka akan terlihat bahwa kejadian atau peristiwa tersebut hanya dialami oleh tokoh yang bersangkutan saja, bukan mustahil jika semua orang mengalami peristiwa atau kejadian Mukjizat tersebut.

Komentar

Postingan Populer